Tugas : Individu
Mt. Kuliah : KS&KB
PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN
KEMISKINAN
DI INDONESIA
Oleh:
GUSTINA
131005
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA (YPT)
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penduduk adalah orang atau sekelompok orang yang
tinggal di suatu tempat. Adapun yang dimaksud penduduk Indonesia adalah
orang-orang yang menetap di Indonesia. Berdasarkan publikasi dari Badan
Pusat Statistik (BPS), hasil sensus pada tahun 2000 menunjukkan bahwa penduduk
Indonesia berjumlah 202,9 juta jiwa. Dilihat dari jumlah penduduk yang demikian
banyaknya, Indonesia menduduki urutan keempat sebagai negara yang
memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah Cina, India, dan Amerika
Serikat. Penduduk merupakan modal dasar dalam pembangunan, tapi dari sisi lain
juga bisa menjadi beban oleh negara untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah
penduduk yang besar mempunyai dampak terhadap proses dan hasil usaha pembangunan.
Jumlah penduduk yang besar tersebut apabila mampu berperan sebagai tenaga kerja
yang berkualitas akan merupakan modal pembangunan yang besar dan akan sangat
menguntungkan bagi usaha-usaha pembangunan di segala bidang.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan
dan keragaman alam serta budaya yang luar biasa. Tingkat pertumbuhan penduduk
di Indonesia termasuk tinggi, yakni sekitar 1,98% per tahun. Indonesia
merupakan negara dengan nomor urut keempat dalam besarnya jumlah penduduk
setelah China, India, dan Amerika Serikat. Menurut data statistik dari BPS,
jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah 225 juta jiwa, dengan angka
pertumbuhan bayi sebesar 1,49 % per tahun. Angka pertumbuhan ini relatif lebih
kecil dibandingkan dengan angka pertumbuhan bayi pada tahun 1970, yaitu sebesar
2,34%. Dengan jumlah penduduk sebesar 225 juta jiwa, maka pertambahan penduduk
setiap tahunnya adalah 3,5 juta jiwa. Jumlah itu sama dengan jumlah seluruh
penduduk di Singapura. Lonjakan penduduk yang sangat tinggi atau baby booming
di Indonesia akan berdampak sangat luas, termasuk juga dampak bagi ekologi atau
lingkungan hidup. Hal itu dapat mengganggu keseimbangan, bahkan merusak
ekosistem yang ada. Dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,98%
per tahun, penduduk Indonesia pada 45 – 50 tahun mendatang diperkirakan akan
berlipat ganda yakni menjadi 480 juta jiwa. Pertumbuhan penduduk yang meningkat
drastis, tentunya menyisakan penduduk miskin. Penduduk miskin mempunyai
keterbatasan mengakses kebutuhan dasar yang tentunya berpengaruh pada tubuh
yang lemah dan kesehatan secara keseluruhan, sehingga mereka tidak dapat
mencari nafkah dengan baik, tentunya hal ini membawa konsekuensi pada
kemiskinan yang lebih dalam dan panjang dari generasi ke generasi, biasa disebut
lingkaran setan kemiskinan, atau kemiskinan struktural.
Banyak hal yang harus diperhatikan
secara seksama oleh negara untuk kemakmuran rakyatnya, dan masalah kependudukan
merupakan salah satu masalah yang dialami hampir setiap daerah di Indonesia.
Jika pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan upaya untuk mengendalikan
kenaikan tersebut, maka kondisi pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali
dapat menjadi ancaman berat bagi pertumbuhan kota. Seperti yang diungkapkan
Malthus(2004:104) bahwa pertambahan penduduk kian hari kian memberikan tekanan
yang berat, dan jika tidak tercegah maka mengakibatkan kesengsaraan dan
kelaparan yang merajalela.
Hal tersebut ditakutkan semua kota
mengingat pertumbuhan jumlah penduduk yang begitu tinggi di khawatirkan akan
membawa atau mengakibatkan kemiskinan yang tinggi. Malthus mengungkapkan
(Sutikno, 2006:58) bahwa penduduk yang banyak akan menyebabkan terjadinya
kemiskinan karena menurutnya pertumbuhan penduduk berkembang menurut deret
ukur, sedangkan produksi pangan berkembang menurut deret hitung. Sehingga laju
pertumbuhan penduduk tidak akan terkejar oleh pertumbuhan makanan dan minuman.
Melihat hal yang demikian maka pemerintah harus mengupayakan untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk, yang dirasa merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan kemiskinan.
Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dapat
dikatakan kompleks karena banyak faktor yang mempengaruhi dan menyebabkannya
hal tersebut terjadi. Faktor tersebut dapat dapat dari faktor internal yaitu
dari diri seseorang itu sendiri atau dari faktor eksternal yaitu lingkungan,
pendidikan, keluarga, masyarakat dll. Beberapa faktor penyebab kemiskinan
lainnya adalah pertumbuhan ekonomi lokal dan global yang rendah, pertumbuhan
penduduk yang tinggi, dan stabilitas politik yang tidak
kondusif. Kemiskinan jelas memberikan dampak negatif bagi masyarakat,
lingkungan, dan orang-orang yang berada dalam kemiskinan.
Masalah kemiskinan tersebut sulit untuk dihilangkan
dari kehidupan manusia, sehingga memerlukan suatu upaya penanggulangan secara
keseluruhan dan berkelanjutan. Banyak sudut pandang orang tentang kemiskinan,
mulai dari ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup, kemiskinan
dalam hal pendidikan, moral dan tingkah laku sesorang. Hal ini lah yang
menyebabkan kemiskinan erat kaitannya dengan keterbelakangan seseorang.
Tanpa disadari, masalah kemiskinan sangatlah mempengaruhi perekonomian suatu
Negara. Sehingga membuat kondisi ekonomi dan social yang semakin parah dan
memprihatinkan.
Banyak hal yang harus diperhatikan
secara seksama oleh negara untuk kemakmuran rakyatnya, dan masalah kependudukan
merupakan salah satu masalah yang dialami hampir setiap daerah di Indonesia.
Jika pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan upaya untuk mengendalikan
kenaikan tersebut, maka kondisi pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali
dapat menjadi ancaman berat bagi pertumbuhan kota. Seperti yang diungkapkan
Malthus(2004:104) bahwa pertambahan penduduk kian hari kian memberikan tekanan
yang berat, dan jika tidak tercegah maka mengakibatkan kesengsaraan dan
kelaparan yang merajalela.
Hal tersebut ditakutkan semua kota
mengingat pertumbuhan jumlah penduduk yang begitu tinggi di khawatirkan akan
membawa atau mengakibatkan kemiskinan yang tinggi. Malthus mengungkapkan
(Sutikno, 2006:58) bahwa penduduk yang banyak akan menyebabkan terjadinya
kemiskinan karena menurutnya pertumbuhan penduduk berkembang menurut deret
ukur, sedangkan produksi pangan berkembang menurut deret hitung. Sehingga laju
pertumbuhan penduduk tidak akan terkejar oleh pertumbuhan makanan dan minuman.
Melihat hal yang demikian maka pemerintah harus mengupayakan untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk, yang dirasa merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan kemiskinan.
Selain itu, kemiskinan tidak bisa dilepaskan dari
kebodohan dimana sangat erat hubungannya dengan kemiskinan dan keterbelakangan
dalam ekonomi dan kemakmuran. Meski kenyataannya ada anak-anak keluarga miskin
yang memiliki kemampuan akademik yang baik tetapi keterbelakangan untuk meraih
kesempatan dalam berbagai bidang kehidupan juga yang menimbulkan diskriminasi
lantaran status sosial dan ekonomi yang rendah. Untuk memerangi kemiskinan
tentu harus bekerja keras. Memerangi kebodohan tentu harus giat belajar, namun
kenyataannya pendidikan kian sulit terjangkau kebanyakan rakyat disebabkan oleh
biaya yang semakin mahal seiring berkembangnya zaman. Sulitnya juga orang-orang
untuk mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menunjang kehidupan.
Disinilah pemerintah sangat diharapkan yaitu memainkan
perannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam suatu negara, peran
pemerintah sangat menentukan, baik dalam membuat masyarakat menjadi miskin,
maupun keluar dari kemiskinan. Negara yang maju adalah Negara yang lebih
mementingkan kepentingan masyarakatnya untuk menjadikan masyarakat lebih
sejahtera dan makmur sehingga kemiskinan yang ada dapat diminimalisir, bahkan
lebihnya dapat dihilangkan.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas maka penulis membuat rumusan masalah Ada, yaitu :
1. Solusi
yang dapat mengatasi masalah kepadatan penduduk
2. Konsep
Kemiskinan
3.
Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan di
Indonesia
C.
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis
dalam makalah ini, yaitu:
1.
Mengetahui Solusi yang dapat mengatasi
masalah kepadatan penduduk
2.
Mengetahui Konsep Kemiskinan
3.
Mengetahui Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan
di Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Keluarga Sejahtera dan Keluarga Berencana
1.
Pengertian Keluarga Sejahtera
a.
“Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera,
aman, selamat, dan tentram”. (Depdiknas, 2001:1011).
b.
“Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk
berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang
selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan
masyarakat dan lingkungan”. (BKKBN,1994:5)
c.
Keluarga sejahtera adalah dibentuk berdasarkan
perkawinan yang sah mampu memenuhikebutuhan hidup spiritual dan materiil yang
layak, bertakwa kepada tuhan yang maha esa,memiliki hubungan yang sama,
selaras, seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
Kesejahteraan
keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga harus secara
keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah
dapat menuju keselamatan dan ketentraman hidup.
Dalam
rencana pembangunan nasional memberikan petujuk bahwa pembangunan
keluarga sejahtera diarahkan pada terwujudnya keluarga sebagai wahana
persmian nilai-nilai luhur budaya bangsa guna meningkatkan kesejahteraan
keluarga serta membina ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan
pembangunan.
UU
No.10/1992 pasal 3 ayat 2 menyebutkan bahwa pembangunan keluarga sejahtera
diarahkan pada pembangunan ku kualitas keluarga yang bercirikan kemandirin,
ketahanan keluarga dan kemandirian kelauarga .
2. Pengertian
Keluarga Berencana
Menurut
World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana
adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan
yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga
berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan
(PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga berencana adalah
suatu usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai
kontrasepsi.
Secara umum
keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya
kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta
keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat
langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga
yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan
sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan
aborsi.
B. Tujuan Keluarga Sejahtera dan Keluarga Berencana
1. Tujuan
Keluarga Sejahtera
Bertujuan
untuk mengembangkan keluarga agar timbul rasa aman, tentram dan harapan masa
depanyang lebih baik merupakan salah satu pembentuk ketahanan keluarga dalam
membangun keluarga sejahtera.
Pelaksanaan
pembangunan dalam keluarga sejahtera Dalam PP No. 21 Th 1994, pasal 2:
pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui pengembangan kualitas
keluarga diselenggarakan secaramenyeluruh, terpadu oleh masyarakat dan
keluarga.Tujuan :Mewujudkan keluarga kecil bahagia, dejahtera bertakwa kepada
Tuhan YangMaha Esa, produktif, mandiri dan memiliki kemampuan untuk membangun
dirisendiri dan lingkungannya.
2. Tujuan
Keluarga Berencana
Tujuan
umum adalah membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekutan sosial ekonomi suatu keluarga
dengan cara pengaturan kelahiran anak,
agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan lain meliputi
pengaturan kelahiran, pendewasaan usia
perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekutan sosial ekonomi suatu keluarga
dengan cara pengaturan kelahiran anak,
agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran,
pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
c. Memenuhi
permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan
KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian
ibu, bayi,
dan anak serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
C.
Macam-macam
Alat Kontrasepsi
Dalam
pelaksanaan KB harus menggunakan alat kontrsepsi yang sudah dikenal diantaranya
ialah:
1.
Pil, berupa tablet yang berisi progrestin yang bekerja dalam tubuh wanita
untuk mencegah terjadinya ovulasi dan melakukan perubahan pada endometrium.
2.
Suntikan, yaitu menginjeksikan cairan kedalam tubuh. Cara kerjanya
yaitu menghalangi ovulasi, menipiskan endometrin sehingga nidasi tidak mungkin
terjadi dan memekatkan lendir serlak sehingga memperlambat perjalanan sperma
melalui canalis servikalis.
3.
Susuk KB, levermergostrel. Terdiri dari enam kapsul yang diinsersikan
dibawah kulit lengan bagian dalam kira-kira sampai 10 cm dari lipatan siku.
Cara kerjanya sama dengan suntik.
4.
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) terdiri atas lippiss loop(spiral) multi
load terbuat dari plastik harus dililit dengan tembaga tipis cara kerjanya
ialah membuat lemahnya daya sperma untuk membuahi sel telur wanita.
5.
Sterelisasi (Vasektomi/ tubektomi) yaitu operasi pemutusan atau pengikatan
saluran pembuluh yang menghubungkan testis (pabrik sperma) dengan kelenjar
prostat (gudang sperma menjelang diejakulasi) bagi laki-laki. Atau tubektomi
dengan operasi yang sama pada wanita sehingga ovarium tidak dapat masuk kedalam
rongga rahim. Akibat dari sterilisasi ini akan menjadi mandul selamanya.
6.
Alat-alat konrasepsi lainnya adalah kondom, diafragma, tablet vagmat, dan
tiisu yang dimasukkan kedalam vagina. Disamping itu ada cara kontrasepsi yang
bersifat tradisional seperti jamuan, urut dsb.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penanggulangan dampak kepadatan penduduk
Penduduk artinya dikonotasikan
sebagai orang yang mendiami suatu tempat, kampung, wilayah atau negeri, dan
merupakaj aset pembangunan atau sering disebut Sumber Daya Manusia (SDM)
Penambahan Penduduk yang cepat
menyebabkan tingkat kepadatan penduduk menjadi tinggi. Kepadatan penduduk dapat
dihitung berdasarkan jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi. Cara
menghitungnya adalah dengan membandingkan jumlah penduduk di suatu daerah
dengan luas daerah yang ditempati. Kepadatan penduduk ini mempunyai dampak yang
signifikan terhadap kelangsungan hidup manusia.
Indonesia selain mempunyai wilayah yang luas, juga mempunyai
jumlah penduduk yang besar. Jumlah penduduk ini adalah masalah yang serius bagi
negara, sebagai contoh, pulau jawa yang luas nya hanya 7% dari luas Indonesia
telah di huni sekitar 60% penduduk Indonesia, kondisi ini mengakibatkan pulau
Jawa terlalu berlebihan penduduk dibandingkan pulau-pulau lain. Dampak Negatif
dari pertambahan penduduk antara lain :
1.
Persaingan Lapangan Pekerjaan
2.
Persaingan Untuk Mendapatkan Pemukiman
3.
Meningkatnya Jumlah Kemiskinan
4.
Rendahnya Kesempatan Pendidikan
Dampak Positif dari pertambahan penduduk antara lain:
1.
Berlimpahnya Sumber
Daya Manusia
2.
Dapat Meningkatkan
Produksi
3.
Meningkatkan
solidaritas antar Bangsa
4.
Kesempatan Berwirausaha
menjadi lebih besar
Segala sesuatu pasti ada pokok permasalahan yang harus
dipecahkan, baik secara bersama atau individual. Dalam hal ini untuk mengatasi
masalah kepadatan penduduk sangatlah dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak.
Adapun hal-hal yang perlu untuk menekan pesatnya pertumbuhan penduduk adalah:
1. Menggalakan program Keluarga Berencana (KB) untuk mengatasi
jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum dan massak, sehingga aakan
mengurangi jumlah angka kelahiran.
2. Menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi jumlah angka
kelahiran yang tinggi
3. Penambahan dan penciptaan lapangan kerja dengan meningkatkan
taraf hidup masyarakat maka diharapkan hilangnya kepercayaan banyak anak banyak
rejeki. Di samping itu pula diharapkan akan meningkatkan tingkat pendidikan
yang akan merubah pola pikir dalam bidang kependudukan.
4. Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan. Dengan
semakin sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak terkontrol,
maka diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan
keluarga berencana.
5. Mengurangi kepadatan penduduk dengan progran transmigrasi.
Dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan penduduk
rendah diharapkan mampu menekan laju pengangguran akibat tidak sepadan antara
jumlah penduduk dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.
B.
Konsep
Kemiskinan
1.
Pengertian kemiskinan
Dalam
arti properkemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk
menjamin kelangsungan hidup. Dalam arti luas, kemiskinan merupakan suatu
fenomena multi faceatau multidimensional. Chambers (dalam Nasikun) Mengatakan
bahwa kemiskinan adalah suatu integrated concept yang memiliki lima dimensi,
yaitu: 1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan
menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan
(dependence), dan 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun
sosiologis.
Dalam kamus
ilmiah populer, kata “Miskin” mengandung arti tidak berharta (harta yang ada
tidak mencukupi kebutuhan) atau bokek. Adapun kata “fakir” diartikan sebagai
orang yang sangat miskin. Secara Etimologi makna yang terkandung yaitu bahwa
kemiskinan sarat dengan masalah konsumsi. Hal ini bermula sejak masa neo-klasik
di mana kemiskinan hanya dilihat dari interaksi negatif (ketidakseimbangan)
antara pekerja dan upah yang diperoleh.
Kemiskinan
juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tersebut tidak
dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau bisa dikatakan dengan suatu
kondisi serba kekurangan dalam arti minimnya materi yang dimana mereka ini
tidak dapat menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan
kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.
Seiring
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perkembangan arti definitif
dari pada kemiskinan adalah sebuah keniscayaan. Berawal dari sekedar
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan hingga
pengertian yang lebih luas yang memasukkan komponen-komponen sosial dan moral.
Misal, pendapat yang diutarakan oleh Ali Khomsan bahwa kemiskinan timbul oleh
karena minimnya penyediaan lapangan kerja di berbagai sektor, baik sektor
industri maupun pembangunan. Senada dengan pendapat di atas adalah bahwasanya
kemiskinan ditimbulkan oleh ketidakadilan faktor produksi, atau kemiskinan
adalah ketidakberdayaan masyarakat terhadap sistem yang diterapkan oleh pemerintah
sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi. Arti
definitif ini lebih dikenal dengan kemiskinan struktural.
Hidup
dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan
rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti: tingkat kesehatan, pendidikan
rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap ancaman tindak
kriminal, ketidakberdayaan menghadapi kekuasaan, dan ketidakberdayaan dalam
menentukan jalan hidupnya sendiri. Kemiskinan dapat dibagi dalam empat bentuk,
yaitu:
a. Kemiskinan
absolut: bila pendapatannya di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk
memenuhi pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan
untuk bisa hidup dan bekerja
b. Kemiskinan
relatif: kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum
menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan
c. Kemiskinan
kultural: mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang
disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat
kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar
d. Kemiskinan
struktural: situasi miskin yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber
daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial politik yang
tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya
kemiskinan.
Perkembangan
terakhir, menurut Jarnasy kemiskinan struktural lebih banyak menjadi sorotan
sebagai penyebab tumbuh dan berkembangnya ketiga kemiskinan yang lain.
Kemiskinan juga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kemiskinan alamiah dan
kemiskinan buatan (artificial).
a. Kemiskinan
alamiah berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan prasarana umum, serta
keadaan tanah yang tandus.
b. Kemiskinan
buatan lebih banyak diakibatkan oleh sistem modernisasi atau pembangunan yang
membuat masyarakat tidak dapat menguasai sumber daya, sarana, dan fasilitas
ekonomi yang ada secara merata.
2.
Penyebab Kemiskinan
Nasikun menyoroti beberapa sumber dan proses penyebab
terjadinya kemiskinan, yaitu:
a. Policy induces processes: proses pemiskinan yang
dilestarikan, direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan(induced of
policy) diantaranya adalah kebijakan antikemiskinan, tetapi realitanya justru
melestarikan.
b. Socio-economic dualism: negara ekskoloni mengalami kemiskinan
karena pola produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang
paling subur dikuasai petani skala besar dan berorientasi ekspor.
c. Population growth: perspektif yang didasari pada teori
Malthus bahwa pertambahan penduduk seperti deret ukur sedang pertambahan pangan
seperti deret hitung.
d. Recources management and the environment: adanya unsur
mismanagement sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang
asal tebang akan menurunkan produktivitas.
e. Natural cycles and processes: kemiskinan terjadi karena
siklus alam. Misalnya tinggal dilahan kritis, di mana lahan ini jika turun
hujan akan terjadi banjir tetapi jika musim kemarau akan kekurangan air,
sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang maksimal dan terus-menerus.
f. The marginalization of woman: peminggiran kaum perempuan
karena perempuan masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses
dan penghargaan hasil kerja yang diberikan lebih rendah dari laki-laki.
g. Cultural and ethnic factors: bekerjanya faktor budaya dan
etnik yang memelihara kemiskinan. Misalnya, pola hidup konsumtif pada petani
dan nelayan ketika panen raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara
adat atau keagamaan.
h. Explotative intermediation: keberadaan penolong yang menjadi
penodong, seperti rentenir (lintah darat).
i.
Internal political
fragmentation and civil stratfe: suatu kebijakan yang diterapkan pada suatu
daerah yang fragmentasi politiknya kuat, dapat menjadi penyebab kemiskinan.
j.
International
processes: bekerjanya sistemsistem internasional (kolonialisme dan kapitalisme)
membuat banyak negara menjadi semakin miskin.
Selain beberapa faktor di atas, penyebab kemiskinan di
masyarakat khususnya di pedesaan
disebabkan oleh keterbatasan aset yang dimiliki, yaitu:
a. Natural assets: seperti tanah dan air, karena sebagian besar
masyarakat desa hanya menguasai lahan yang kurang memadai untuk mata
pencahariannya.
b. Human assets: menyangkut kualitas sumber daya manusia yang
relatif masih rendah dibandingkan masyarakat perkotaan (tingkat pendidikan,
pengetahuan, keterampilan maupun tingkat kesehatan dan penguasaan teknologi).
c. Physical assets:minimnya akses ke infrastruktur dan fasilitas
umum seperti jaringan jalan, listrik, dan komunikasi di pedesaan.
d. Financial assets:berupa tabungan (saving), serta akses untuk
memperoleh modal usaha.
e. Social assets:berupa jaringan, kontak dan pengaruh politik,
dalam hal ini kekuatan bargaining positiondalam pengambilan keputusan-keputusan
politik.
3.
Kemiskinan dalam
Dimensi Kesehatan
Banyak data dan hasil penelitian yang membuktikan bahwa
kemiskinan sangat berhubungan dengan tingginya angka kesakitan dan kematian.
Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan
memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan mempersulit
terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan untuk menangkis
penyakit, sehingga tidak mengherankan apabila di lingkungan mereka tingkat
kematian bayi tinggi. Berbagai macam penyakit mengancam mereka, seperti:
malaria, tuberkulosis, penyakit mata, kwasioskor, dan lainnya sebagai akibat
lemahnya daya resistensi. Hal ini menyebabkan usia harapan hidup mereka pendek
dan tingkat kematian mereka tinggi.
Dari Skema 2 dapat diketahui bahwa apabila pembangunan kesehatan
dan gizi berhasil, maka status kesehatan dan status gizi akan meningkat yang
kemudian berakibat pada peningkatan kondisi fisik, mental, dan kecerdasan,
sehingga outputdan partisipasi lebih
baik yang ditunjukkan dengan rendahnya absensi kerja dan sekolah. Hal tersebut
menyebabkan peningkatan kemampuan, keterampilan, dan kecerdasan, sehingga
pendapatan individu, masyarakat, dan negara meningkat. Pendapatan ini menjadi
salah satu sumber daya pembangunan kesehatan dan gizi. Tentu saja sebaliknya, hal
tersebut tidak akan terjadi jika pembangunan kesehatan dan gizi tidak berhasil.
Dalam hal kesehatan, ketika berhadapan
dengan kemiskinan seperti yang terjadi pada masa
krisis ekonomi, reaksi masyarakat bermacammacam, seperti:
orang miskin cenderung menghindari fasilitas rawat jalan, menunda pelayanan RS,
menghindari penggunaan jasa spesialis yang mahal, cenderung memperpendek rawat
inap, membeli separo atau bahkan sepertiga obat yang diresepkan sehingga tidak
menjalani pengobatan total, mencari pengobatan lokal yang kadang-kadang dapat
menimbulkan efek berbahaya, para ibu cenderung melahirkan di rumah dengan
bantuan dukun yang memperbesa risiko persalinan, penyakit menjadi kronis karena
menghindari pengobatan yang mahal. Pasien gagal ginjal cenderung menunda,
membatalkan atau dibatalkan dari pengobatan, pasien cenderung mengobati sendiri
yang berakibat terjadi komplikasi, tingkat pengguguran kandungan meningkat
karena biaya dan implikasi sosial ekonomi, pasien menolak atau menunda prosedur
operasi karena ketiadaan biaya.
C. Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan di
Indonesia
1.
Penanganan Masalah Kurang Gizi dan
Kekurangan Pangan
Penanganan masalah
kurang gizi dan kekurangan pangan meliputi:
a.
Perbaikan gizi masyarakat dengan kegiatan prioritas: penanggulangan
kurang energi protein, anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium, kurang
vitamin A, dan zat gizi mikro lainnya pada rumah tangga miskin.
b.
Peningkatan ketahanan pangan dengan kegiatan
prioritas: penyaluran beras bersubsidi untuk keluarga miskin.
2.
Perluasan Kesempatan Masyarakat Miskin atas
Pendidikan
Perluasan kesempatan
masyarakat miskin atas pendidikan meliputi kegiatan prioritas sebagai berikut:
a.
Penyediaan bantuan operasional sekolah
untuk SD, SMP, Pesantren Salafiyah, dan satuan pendidikan non Islam setara SD
dan SMP.
b.
Beasiswa siswa miskin jenjang SMA.
c.
Pengembangan pendidikan untuk dapat
membaca.
3.
Perluasan kesempatan masyarakat miskin
atas kesehatan
Perluasan kesempatan
masyarakat miskin atas kesehatan meliputi kegiatan prioritas sebagai berikut :
a.
Pelayanan
kesehatan penduduk miskin di Puskesmas
b.
Peningkatan sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan dasar terutama di daerah perbatasan, terpencil, tertinggal,
dan kepulauan.
c.
Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan
terutama untuk penanganan penyakit menular dan berpotensi wabah, pelayanan
kesehatan ibu dan anak, gizi buruk dan pelayanan ke gawat darurat.
d.
Pelatihan teknis bidan dan tenaga
kesehatan untuk mengurangi tingkat kematian pada kelahiran.
4.
Perluasan Kesempatan Berusaha
Perluasan kesempatan
berusaha meliputi peningkatan dukungan pengembangan usaha bagi masyarakat
miskin dengan kegiatan pokok:
a.
Percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah rumah tangga
miskin.
b.
Penasehat penataan hak kepemilikan dan sertifikasi
lahan petani.
c.
Penyediaan sarana
dan prasarana untuk usaha.
d.
Pelatihan ketrampilan untuk menjalankan usaha.
e.
Peningkatan pelayanan koperasi sebagai modal usaha
Upaya penanggulangan kemiskinan Indonesia telah
dilakukan dan menempatkan penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas utama kebijakan
pembangunan nasional. Kebijakan kemiskinan merupakan prioritas Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 dan dijabarkan lebih rinci dalam
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahun serta digunakan sebagai acuan bagi
kementrian, lembaga dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan
tahunan.
Sebagai wujud gerakan bersama dalam mengatasi
kemiskinan dan mencapai Tujuan pembangunan Milenium, Strategi Nasional
Pembangunan Kemiskinan (SPNK) telah disusun melalui proses partisipatif dengan
melibatkan seluruh stakeholders pembangunan di Indonesia. Selain itu, sekitar
60 % pemerintah kabupaten/ kota telah membentuk Komite penanggulangan
Kemiskinan Daerah (KPKD) dan menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
(SPKD) sebagai dasar arus utama penanggulangan kemiskinan di daerah dan
mendorong gerakan sosial dalam mengatasi kemiskinan.
Adapun langkah jangka pendek yang
diprioritaskan antara lain sebagai berikut:
a.
Mengurangi kesenjangan antar daerah
dengan; (i) penyediaan sarana-sarana irigasi, air bersih dan sanitasi dasar
terutama daerah-daerah langka sumber air bersih. (ii) pembangunan jalan,
jembatan, dan dermaga daerah-daerah tertinggal. (iii) redistribusi sumber dana
kepada daerah-daerah yang memiliki pendapatan rendah dengan instrumen Dana
Alokasi Khusus (DAK).
b.
Perluasan kesempatan kerja dan berusaha
dilakukan melalui bantuan dana stimulan untuk modal usaha, pelatihan
keterampilan kerja dan meningkatkan investasi dan revitalisasi industri.
c.
Khusus untuk pemenuhan sarana hak dasar penduduk
miskin diberikan pelayanan antara lain (i) pendidikan gratis sebagai penuntasan
program belajar 9 tahun termasuk tunjangan bagi murid yang kurang mampu (ii)
jaminan pemeliharaan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di puskesmas dan
rumah sakit kelas tiga.
Di
bawah ini merupakan contoh dari upaya mengatasi kemiskinan di Indonesia :
Contoh dari
upaya kemiskinan adalah di propinsi Jawa Barat tepatnya di Bandung dengan
diadakannya Bandung Peduli yang dibentuk pada tanggal 23 – 25 Februari 1998.
Bandung Peduli adalah gerakan kemanusiaan yang memfokuskan kegiatannya pada
upaya menolong orang kelaparan, dan mengentaskan orang-orang yang berada di
bawah garis kemiskinan. Dalam melakukan kegiatan, Bandung Peduli berpegang
teguh pada wawasan kemanusiaan, tanpa mengindahkan perbedaan suku, ras, agama,
kepercayaan, ataupun haluan politik.
Oleh karena
sumbangan dari para dermawan tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan
permasalahan kelaparan dan kemiskinan yang dihadapi, maka Bandung Peduli
melakukan targetting dengan sasaran bahwa orang yang dibantu tinggal di
Kabupaten/ Kotamadya Bandung, dan mereka yang tergolong fakir. Golongan fakir
yang dimaksud adalah orang yang miskin sekali dan paling miskin bila diukur
dengan “Ekuivalen Nilai Tukar Beras”.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Penanggulangan dampak kepadatan penduduk
a. Menggalakan program Keluarga Berencana (KB)
b. Menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi jumlah angka
kelahiran yang tinggi
c. Penambahan dan penciptaan lapangan kerja dengan meningkatkan
taraf hidup masyarakat maka diharapkan hilangnya kepercayaan banyak anak banyak
rejeki
d. Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan.
e. Mengurangi kepadatan penduduk dengan progran transmigrasi.
2. Dalam kamus
ilmiah populer, kata “Miskin” mengandung arti tidak berharta (harta yang ada
tidak mencukupi kebutuhan) atau bokek. Adapun kata “fakir” diartikan sebagai
orang yang sangat miskin. Secara Etimologi makna yang terkandung yaitu bahwa
kemiskinan sarat dengan masalah konsumsi. Hal ini bermula sejak masa neo-klasik
di mana kemiskinan hanya dilihat dari interaksi negatif (ketidakseimbangan)
antara pekerja dan upah yang diperoleh.
3.
Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan di
Indonesia
a.
Penanganan Masalah Kurang Gizi dan
Kekurangan Pangan.
b.
Perluasan Kesempatan Masyarakat Miskin
atas Pendidikan
c.
Perluasan kesempatan masyarakat miskin
atas kesehatan
d.
Perluasan Kesempatan Berusaha
B.
Saran
Agar masyarakat dapat mendukung program kerja Keluarga
Sejahtera dan Keluarga Berencana agar masalah kepadatan penduduk bisa teratasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Suryawati,
Chriswardani. 2005. Memahami Kemiskinan
Secara Multidimensional. http://xa.yimg.com
diakses 19 Maret 2016
Hardini,
Diah Ayu. HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN
PENDUDUK, KEMISKINAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN DI
KOTA SEMARANG TAHUN 2001-2008. Diss. Universitas Negeri Semarang. 2011.
Diakses 19 Maret 2016
Dian,
Lianita. 2015. Makalah Kemiskinan. http://lianitadianstory.blogspot.co.id
diakses 19 Maret 2016
Laka,
Beatus Mendelson. 2014. Pengaruh
Pertumbuhan Penduduk Terhadap Pembangunan Bidang Kemiskinan dan Kesejahteraan. http://badriasri.blogspot.co.id
diakses 19 Maret 2016
Anggraini,
E dkk. 2013. Makalah
Pendidikan Keluarga Sejahtera Pengertian, Tujuan Dan Tingkatan Keluarga Sejahtera. http://verlynelson31.blogspot.co.id/ diakses 21 Maret 2016
Zahra, Annisa dkk. 2014. Makalah Program Keluarga
Berencana (KB) Perekonomian Indonesia. http://zahraran.blogspot.co.id diakses 21 Maret 2016
Habibah, W.H dkk. 2012. Keluarga Berencana Dalam
Pandangan Agama Islam. http://windahidayatulhabibah.blogspot.co.id diakses 21 Maret 2016
Use this diet hack to drop 2 lb of fat in just 8 hours
ReplyDeleteMore than 160000 men and women are trying a easy and secret "liquid hack" to burn 1-2lbs each night as they sleep.
It is effective and works all the time.
You can do it yourself by following these easy steps:
1) Take a drinking glass and fill it up with water half the way
2) Then do this strange hack
you'll be 1-2lbs thinner as soon as tomorrow!